SERGAI | Buser24.com – Divisi Humas Mabes Polri gelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dalamrangka kontra radikal, Bertempat di Aula Patria Tama Mapolres Sergai, acara dihadiri tokoh agama, unsur pendidikan, pelajar babinsa dan bhabinkamtibmas.Kamis (21/9/2023)
Tim Divisi Humas Mabes Polri, dipimpin oleh Kabag Penum, Kombes Nurul Azizah dengan menggandeng mantan Nara Pidana Teroris (Napiter) Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abbas.
Kapolres Serdang Bedagai (Sergai) AKBP Oxy Yudha Pratesta diwakili oleh Waka Polres Sergai, Kompol Damos Christian Aritonang dalam sambutannya selain mengucapkan selamat datang kepada Tim dari Divisi Humas Mabes Polri, juga kepada seluruh undangan yang hadir.
“Kita jangan mudah terprovokasi dengan berita hoax, yakni berita yang belum jelas dan akurat kebenarannya. Artinya, berita yang memecah belah persatuan dan kesatuan yang selama ini berhasil kita bina, dan prinsipnya kita harus mempunyai menjaga keutuhan NKRI. Dengan adanya penjelasan dari Nara sumber nanti, mampu menjadi sumber pelajaran bagi kita semua, ” kata Waka Polres.
Sementara itu, Ketua Tim Kabag Penum Divisi Humas Mabes Polri, Kombes Pol Nurul Azizah dalam paparannya menyebutkan kalau Terorisme adalah musuh kita bersama. “Kita juga bersama Ustadz Nasir Abbas yang dulunya merupakan salah satu anggota Teroris Jamaah Islamiyah, tapi saat ini beliau sudah sadar dan kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), ” ujarnya.
Beliau kemari juga membawa tim jaringannya dari Medan, karena biasanya sendiri tapi inilah sosok Ustadz Nasir Abbas setelah kembali. Dari kekeliruannya. “Kenapa kita menga takan kalau terorisme itu adalah musuh bersama? Sebab faham Radikal yang ber akibat menerima faham atau ajaran yang salah dengan berkedik agama, mampu meningkatkan status yang mempelajari nya menjadi teroris.
“Faham Radikal kerap dianggap sebagai faham yang keras, padahal sejatinya Islam itu adalah agama yang penuh dengan toleransi, ” jelas Kabag Penum Mabes Polri. “Kabag Penum Divisi Humas Mabes Polri menambahkan, kalau kegiatan FGD Kontra Radikal ini merupakan Program Kapolri yang juga upaya preventif untuk mencegah paham radikalisme.
Ustadz Nasir Abbas yang merupakan mantan Napiter dalam paparannya serta pengalaman menjadi Napi Teroris men jelaskan, kalau dirinya adalah mantan Pimpinan Jamaah Islamiyah.
“Saya sangat bersyukur di tangkap ketika masih menjadi anggota JI, yang akhirnya didalam penjara saya sadar karena mengikuti program Deradikalisasi, untuk memahami ajaran agama Islam yang sebenarnya, ” sambungnya.
“Asal saya dari negara Singapura dan mantan Pimpinan Jamaah Islamiyah, yang sudah pernah mengikuti tekhnik berperang di Afganistan, dan saya mempengaruhi orang untuk menjadi pelaku bom bunuh diri dan mengajak orang berjihad, pada hal di dalam ajaran agama Islam yang sesungguhnya, ideologi itu salah”, sebut Nasir Abbas.
Nasir Abbas menyebut kalau dirinya adalah contoh yang salah, dan jangan ada yang meniru. “Saya dan saya sangat menyesal melakukannya karena di umur 18 tahun saya sudah meninggalkan keluarga pergi ke Afganistan, ” sebutnya.
“Ingat, salah memilih guru, tentunya dapat menjadikan gagal pemahaman tentang ajaran Islam. Soal intoleransi, ternyata terkait dengan SARA (Suku, Agama, Tas dan Antargolingan) dan isu sangat rentan dengan perpecahan. ”
Terkait tentang Ekstrimis/Terorisme, bahwa kelompok terorisme seperti (JI )Jamaah Islamiyah. (JAD) Jamaah Ansharut Daulah, (ISIS) Islam Irak dan Syam , (NI) Negara Islam, (HTI) Hizbut Tahrir Indonesia. ingin menegakkan negara Islam sesuai dengan Khilafah, dengan jalan berjihad memerangi negara Indonesia.
“Untuk itu, setelah saya sadar dan memperdalam berapa pentingnya arti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan berbagai kesempatan saya selalu mengingatkan untuk memoerkokoh NKRI sebagai harga mati,” tandas Nasir Abbas.
Dalam giat tersebut tampak hadir, Kasubbag Renmin Humas
H Laban
Editor : L bagus