
Pesisir Selatan – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Gempa Bumi di Gedung Shelter Tsunami Nagari Ampiang Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sabtu (23/8/2025). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi gempa bumi dan tsunami yang rawan terjadi di daerah tersebut.
Acara dibuka langsung oleh Bupati Pessel, Hendrajoni, yang turut didampingi Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pessel, Yuskardi.
Dalam sambutannya, Hendrajoni menyampaikan bahwa pemahaman dan kesadaran masyarakat merupakan kunci utama dalam mengurangi risiko bencana.
“Pesisir Selatan berada di kawasan rawan gempa bumi dan tsunami. Maka dari itu, pemahaman masyarakat menjadi kunci dalam upaya pengurangan risiko bencana,” ujarnya.
Ia menambahkan, Pemkab Pessel akan terus mendukung berbagai program mitigasi bencana serta memastikan koordinasi antara BMKG, BPBD, dan masyarakat berjalan optimal.
Direktur Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Setyoajie Prayoedhie, yang hadir dalam kegiatan tersebut, menyampaikan bahwa pendidikan mitigasi bencana melalui Sekolah Lapang adalah strategi efektif untuk mengurangi risiko korban saat bencana terjadi.
“Dengan pengetahuan yang memadai, masyarakat bisa menjadi garda terdepan dalam penyelamatan diri dan lingkungan sekitar,” katanya.
Setyoajie juga berharap Nagari Amping Parak dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami.
Selain itu, anggota Komisi V DPR RI, Zico Rolanda, yang hadir secara daring, menyampaikan dukungan terhadap kegiatan edukasi kebencanaan tersebut. Ia menilai kegiatan semacam ini krusial untuk membangun ketahanan masyarakat di daerah rawan bencana.
Kalaksa BPBD Pessel, Yuskardi, mengatakan terdapat 50 peserta dari masyarakat Nagari Amping Parak yang mengikuti kegiatan tersebut. Mereka mendapatkan materi mengenai pengenalan gempa bumi, tsunami, langkah mitigasi, hingga penggunaan alat peringatan dini yang dikembangkan BMKG.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap masyarakat tidak hanya memahami teori, tapi juga mampu bertindak cepat dan tepat saat terjadi gempa atau tsunami,” ucapnya.