
Buser24jam.com – Langkat ( Sumut ), Memasuki musim penghujan kembali air meluap membanjiri pemukiman padat penduduk Desa Paluh Manis dan Kelurahan Pekan Gebang, sempitnya gorong – gorong di perparah dengan tumpukan limbah pelepah sawit milik salah satu perkebunan menutup parit yang terhubung langsung ke Jembatan Sei Bambu berdekatan Tugu Demarkasi Pahlawan Gebang Jalan Lintas Sumatra ( Jalinsum ) Medan – Aceh, Sabtu ( 11/11/2023 ) , Sekitar pukul 01.00, Lingkungan Vl Kelurahan Pekan Gebang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumut.
Tidak hanya menggenangi pemukiman masyarakat, lintasan air di Jalinsum Medan – Aceh , walaupun hanya sebentar menimbulkan kemacetan kendaraan, juga pengemudi ekstra hati hati sewaktu melintas, khawatir terjadi hal yang tidak di inginkan berhati-hati jangan sampai ban terperosok ke beram yang dalam malam itu, sementara kondisi jalanan tertutup air deras yang melintas.
Cik Ati warga setempat ( Tugu Demarkasi Pahlawan Gebang ) Dusun l, Desa Paluh Manis bersebelahan parit Sei Bambu tampak kelelahan dan kesal menyoroti lemahnya Pemkab Langkat dalam mengatasi persolan banjir di Gebang, Cik Ati mengatakan,
Memasuki musim hujan dalam kurun waktu seminggu belakangan , sedikitnya sudah dua kali air meluap kembali masuk ke pemukiman masyarakat, khususnya rumah saya, ungkapnya, Sabtu ( 11/11/2023), Sekitar pukul 09.00 Wib, tak jauh dari rumah nya , berdiri di beram Jalinsum Medan Aceh berdekatan Jembatan Sei Bambu.
Lihatlah, walaupun sudah saya buat benteng rumah saya tetap masuk air kedalam rumah, sedih lihat cucu saya, bangun tidur cucu saya sudah terendam air , tukas Cik Ati.
” Tidak pernah pihak Pemerintahan melihat langsung apa yang di alami masyarakat korban banjir akibat luapan Jembatan Sei Bambu yang di tumpukin sampah pelepah sawit, selama hidup baru kali ini air meluap melintasi Jembatan Sei Bambu” , imbuhnya.
Secara terpisah Saparudin, SPd.i salah seorang Tokoh Pemuda Kecamatan Gebang malam itu juga Via Telpon WhatsApp menuturkan, ” Dampak banjir Gebang mengancam keselamatan nyawa pengendara sepeda motor maupun mobil di Jalinsum Medan – Aceh , tepat nya tak jauh dari BRI Gebang beram nya dalam hampir sepinggang orang dewasa, sedikit aja terpeleset ban pengendara bisa menyebabkan patah tulang , bahkan kemungkinan nyawa bisa melayang, hal ini sudah berlangsung setahun lebih , tutur Sapar.
Persoalan sempit nya gorong gorong Jembatan Sei Bambu bukanlah hal yang baru bagi Plt. Bupati Langkat H. Syah Affanden, SH, Camat Gebang maupun Selamat Sahri Lurah Pekan Gebang.
Keberadaan dan kemampuan DPRD Kabupaten Langkat khususnya putra daerah Gebang patut di pertanyakan , setidaknya ada sekitar 5 orang yang duduk di DPRD Kabupaten Langkat, namun sejauh ini belum ada penyelesaian dalam mengatasi banjir Gebang.
Persoalan ini sudah selalu di sampaikan masyarakat Gebang baik lewat reses DPRD Kabupaten Langkat maupun Reses ataupun kunjungan Anggota DPRD Sumut, namun alasan perbaikan Jembatan Sei Bambu itu adalah gawe Kementrian PUPR Bidang Binamarga RI Jakarta kerap di sampaikan sebagai dalih terkesan menutupi ketidak mampuan berkoordinasi.
Jika memang mengatasi banjir adalah gawe Kementrian PUPR RI Jakarta, Bidang Binamarga urusan jalan dan jembatan , setidaknya ada beberapa orang putra terbaik Kabupaten Langkat yang duduk di DPR RI Senayan Jakarta, jelas terpampang baleho di Jalinsum Medan Aceh dengan beragam partainya , yang meminta untuk di pilih kembali di tahun 2024.
Berbeda yang di sampaikan oleh Syafi’i Caleg DPRD Sumut dar salah satu partai, sewaktu menunggu kedatangan jenazah Almarhum H. Syamsul Arifin, SE mantan Gubernur Sumut, Syafi’i menyampaikan, ” Peta tata ruang di masa zaman Belanda ada di simpan Pemkab Langkat. Bagaimana ahlinya arsitektur bangsa Belanda dalam membuat gorong gorong ataupun parit agar Gebang tidak banjir waktu itu, bisa kita rasakan sampai masa anak anak mandi bersama-sama di parit, sekarang parit maupun gorong gorong di Jalinsum secara perlahan rubuh menyebabkan sedikit saja hujan lebat Gebang jadi banjir, perlu tata ruang sesuai peta pada masa zaman Belanda, agar Gebang tidak banjir lagi “, ucap Fi’i.
Sementara berdasarkan situasi di lapangan terpantau beroperasi nya alat berat mengorek tanah perbukitan dalih bisnis tanah timbun , di saat hujan lebat, pasir lumpur menutupi parit , terpantau di seputaran pasar malam, derasnya air yang melintas juga menyebabkan pasar menjadi berlubang dan licin, terang membahayakan keselamatan nyawa pengguna jalan.
Reporter : Dedek Akhyar
Editor : L bagus