Oleh: Epi Danson
Detik24jam.com — Guru atau disebut juga dengan pendidik. Dalam bahasa Arab ialah mu’allim, sedangkan dalam bahasa Inggris adalah teacher. Guru adalah contoh teladan bagi siswa selaku anak didiknya dan masyarakat dimana guru itu tinggal dan bersosialisasi.
Guru adalah orang yang pekerjaan, mata pencaharian, dan profesinya adalah mengajar. Menurut UU no. 14 Tahun 2005, guru ialah seorang pendidik professional dengan tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Adapun yang dimaksud dengan anak didik menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan, baik pendidikan informal, pendidikan formal maupun pendidikan non formal pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Bagi seorang anak didik, sosok guru merupakan cerminan bagi mereka untuk selanjutnya bisa mengubah pribadi dan tingkah laku menuju kea rah yang berbeda, karena apa yang mereka dengar, mereka lihat dan mereka rasakan secara langsung atau tidak langsung akan mereka ikuti dalam menjalani kehidupan mereka.
Dari definisi di atas, bagi seorang guru sudah merupakan keharusan mutlak untuk menanyakan kepada diri nya seorang guru, apakah selama menjadi guru sudah melakukan tugas dan fungsinya dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik menuju kepada perubahan yang lebih baik ? Jika belum, janganlah seorang guru berharap anak didik dan pendidikan bisa berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan amanah Allah dan UUD 1945, ucapnya (n)
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dan tidak langsung,(n) mencoba menjelaskan beberapa contoh kebiasaan buruk yang sering dilakukan guru-guru hampir di banyak sekolah.
1. Kinerjanya hanya sebatas menggugurkan kewajiban
Masih ada kita temukan seorang guru yang berprinsif bahwa ia bekerja hanya menggugurkan kewajiban. Guru bersangkutan tidak dapat mengukur sendiri efektivitas kinerjanya seperti tidak mau dan tidak mampu mengembangkan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan. Guru semacam ini, biasanya secara administratif ia telah memenuhinya, segala perangkat pembelajaran dibuatnya, absensi kehadiranpun sangat diperhatikannya. Tetapi baginya tidak terlalu penting apa yang ia sampaikan kepada peserta didik bisa diterima, dicerna dan realisasikan dalam perubahan ke arah yang lebih baik. Yang terpenting ia sudah melaksanakan tugas mengajar, apakah dengan menyuruh siswa mencatat sedangkan ia sebagai guru dengan asyiknya bercanda ria di kantor dengan sesama dewan guru bahkan menjadi tradisi menebar gossip dan fitnah terhadap siapa saja.
Kebiasaan sosok guru semacam itu sudah dipastikan berdampak buruk bagi tingkah laku peserta didiknya sendiri.
2. Tidak mau melakukan perubahan positif
Tidak sedikit kita temukan sosok guru yang tidak mau melakukan perubahan-perubahan ke arah yang postif. Tidak mau dikarenakan dua hal, pertama tidak mau mempersulit diri dan kedua tidak berani menerima resiko. Sebagai contoh, sebuah sekolah yang baik tentu segala bentuk tata tertib dan kegiatan yang ada dijalankan sebagaimana mestinya. Tetapi guru yang memiliki kebiasaan buruk semacam ini, ia tidak mau mengaktifkan berbagai kegiatan sekolah, ia tidak mau menertibkan peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah, karena ia beranggapan gaji dan tunjangan sebagai antara guru yang aktif dan tidak aktif sama saja, apalagi kalau ia merasa pangkat dan golongannya sudah tinggi seperti golongan III/d bahkan IV/a. Bahkan ia tidak mau disibukkan dengan komplin berbagai pihak atas tindakan kemajuan sekolah yang diterapkan.
Dengan demikian sudah dapat dipastikan bahwa kebiasaan buruk semacam ini akan berdampak negatif bagi peserta didik menjadi tidak patuh dan tidak kreatif.
3. Tidak suka melihat teman sesama guru berprestasi dan maju
Iri dan dengki adalah salah satu sifat jelek manusia yang tidak sedikit melakat pada sosok guru. Guru yang memiliki kebiasaan buru semacam ini biasanya selalu mencari-cari celah yang bisa dijadikan bahan untuk menyalahkan guru yang lain. Bahkan ironisnya, celah yang bisa dijadikan bahan untuk menyalahkan guru yang tidak disukainya akan ia bawa langsung kepada atasan yang lebih tinggi, sehingga guru yang membuat perubahan lebih baik di sekolah tersebut akan terkesan tidak baik di mata atasan yang lebih tinggi. Lebih celaka lagi, dengan wajah tanpa dosa, guru yang memiliki kebiasaan buruk seperti ini tidak sungkan-sungkan membuat berita-berita fitnah tentang guru yang tidak disukainya, bukan saja fitnah itu disebarkan kepada atasan yang lebih tinggi, bahkan fitnah itu disebarkannya kepada kawan sesama guru di sekolah, kepada peserta didiknya dan civitas pendidikan di sekolah-sekolah lain.
Astagfirullah, ternyata masih saja bisa ditemukan sosok guru yang memiliki kebiasaan buruk semacam ini. Padahal kalau ia mau mengintrospeksi dirinya sendiri, belum tentu ia lebih baik dari guru yang tidak ia sukai, bisa jadi ia memiliki masalah besar dalam keluarganya, misalnya tidak akur suami istri atau pasangannya terlilit kasus yang lain,tuturnya,(n)
Guru yang punya kebiasaan buruk seperti ini tentu akan berdampak negatif terhadap perubahan tingkah laku peserta didiknya. Gurunya saja seperti itu, bagaimana dengan anak didiknya. Benar sebuah pribahasa mengatakan :”guru kencing berdiri, anak kencing berlari,” bukan hal yang mustahil cucunya akan kencing berguling-guling di jalan raya.
Masih banyak lagi kebiasaan buruk yang masih di temukan pada sosok seorang guru. Sebuah tulisan ini merupakan bahan introspeksi semua guru khususnya berprofesi sebagai guru untuk bisa menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk guna terciptanya proses pendidikan yang lebih baik.
Penulis Opini: Epi Danson, A.md.
Pustakawan SD Negeri 21 Teluk Nibung
Editor : Topik Marliandi